Like a Clouds and Me

LIKE A CLOUDS & ME

PROLOG....

Jakarta. 24 April 2010

     Seorang cewek berjalan cepat menuju stasiun. Hanya membawa tas ransel 3rey hitam dan tiket di tangan kanannya. Ia melirik jam tangannya. Jam menunjukan pukul 21.00. kenapa ia harus terburu-buru. Jelas-jelas jadwal berangkat kereta yang akan ia tempati berangkat jam 21.30. tapi tidak tahu kenapa ingin cepat-cepat berada di dalam kereta itu.
Kereta itu masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang sudah meletakkan barang-barangnya ke tempat mereka. Dengan malas cewek itu berjalan ke gerbong 3. Mencari nomor tempat duduknya. Ia pun mendapatkannya. Tempat duduknya berada ditengah. di atas kepalanya ada tempat yang sudah di sediakan untuk meletakkan barang-barang yang dibawa oleh penumpang. Tapi ia tidak meletakkannya disana. Ia letakkan dipojokkan diujung bangkunya, lalu ia duduk disampingnya. Ia bertopang dagu melihat orang-orang berlalu lalang diluar kereta ini. Ada yang berjualan minuman dingin, rokok, koran jakarta sore, dan masih banyak lagi. Ia melihatnya dengan wajah yang malas. Ia pun melihat seorang cowok berlari dari kejauhan. Ia pun tersenyum simpul. Ia pun melambai ke arah cowok itu. Sadar telah dilambaikan oleh seseorang yang berada didalam kereta itu, cowok itu pun langsung mengurangi kecepatan berlarinya dengan berjalan cepat.
 
     “kenapa cepat sekali berangkat ke stasiunnya?” kata cowok itu sambil duduk dibangku depan cewek itu.

     “memangnya kenapa?” kata cewek itu berusaha terlihat gembira.

     “tadi aku kesana. Tapi kata mereka,kamu udah berangkat ke stasiun. Nggak mau di anter lagi. Kenapa sih?”

     “nggak enak aja sama mereka. Takut ngerepotin.”

     “udah 2 bulan tinggal disana masih bisa bilang kayak gitu. Gimana sih al!” kata cowok itu sambil mengacak-ngacak rambut cewek itu. Cewek itu pun merapikannya.  “tampang kamu kayak mau ngomong sesuatu.” Lanjutnya.

     “nggak.” Sambil menggelengkan kepalanya.

     “tampang kamu nggak bisa boong al.”

     “sok tau kamu!” orang-orang mulai masuk ke dalam kereta itu beramai-ramai. Kereta sudah semakin penuh. Tempat yang di tempati cowok itu pun orangnya sudah datang. Ia pun beranjak. Orang itu hanya menaruh barangnya di atas. Lalu pergi lagi. Cowok itu pun langsung mengubah tempat duduk didepan cewek itu menjadi searah.

     “koq diubah bangkunya?”

     “biar dia nggak centil-centil sama kamu.”

     “yeeee...  udah sana. Keretanya mau berangkat.“ kata cewek itu sambil memukul lengan cowok itu pelan.

    “ok-ok. Goodbye alzura. Jangan lupa ke jakarta.” Kata cowok itu sambil mengelus lembut rambut cewek itu. Cewek itu pun hanya mengangguk.

     Kereta pun sudah berjalan. Cowok itu melambai kearahnya. Dan ia pun membalas. Dia sangat baik. Pikirnya. Ia membuka tas ranselnya. Mengambil salah satu poto album yang ia punya. Karena semuanya sudah di paketin kesana. Membuka tiap lembarnya sambil mengingat pada saat apa ia memotret poto itu. Kebanyakan poto sahabatnya dengan berbagai ekspresi yang tidak sadar. Lalu melihat poto disebuah kelas. Dengan teman yang berbeda. Teman sebangkunya sejak ia masuk kelas H waktu kelas 1 SMA. Kelas ketiga dari terakhir. Ia sangat ingat dengan keinginannya saat ia belajar sangat rajin. Ia ingin naik kekelas A. Ia pun langsung naik ke kelas H. Meninggalkan teman-temannya yang masih duduk di kelas J. Kelas paling akhir. Lalu ia melihat poto di sebuah kelas lagi. Dengan teman yang berbeda lagi. Waktu ia naik kelas IPA E. Saat kenaikan kelas 2 SMA. Saking kesalnya pada saat semester ganjil kelas 1 SMA dia lulus tapi tidak naik kelas. Dia melewati 3 kelas. Lalu Alzura naik lagi ke kelas IPA C. Kelas yang sangat-sangat ia tidak suka. Belajar-belajar-belajar terus. Dia sangat tidak sreg dengan kelas ini. 
Lalu ia melihat poto seorang cowok. Cowok yang sangat ia kenal. Tapi mungkin tidak juga. Orang yang bisa membuatnya ingin cepat-cepat pulang kerumah. Walalupun itu bukan rumahnya. Melihat wajahnya saja bisa membuatnya senang. Sekali ia diam-diam memotretnya dengan Handphone. Disaat ia terakhir bersamanya mengobrol dengan bebas. Merasa bahwa ia-lah orang mengerti cowok itu. Bahwa harapannya bisa terkabul. Tapi tidak.
     Kata orang kalau orang kita sukai tidak menyukai kita, mending mencari yang lain saja. Peribahasanya masih banyak ikan di laut. Kenapa harus dengan satu ikan itu, kalau ikan itu tidak suka dengan umpan kita. Mungkin saja ikan yang lain suka. Tapi, yang namanya hati itu kadang tidak mau yang lain selain dia. Bagaimana pun caranya.
Tapi mungkin, ini saatnya aku melupakannya. Melupakan saat ia pertama kali tersenyum padaku. Saat dulu dia tak pernah menganggap diriku ada menjadi nyata didepannya. Dari awal aku sebenarnya sadar. Aku tidak bisa terus-menerus bermimpi seperti ini. Bermimpi suatu saat dia akan menyukaiku. Tapi tidak. Tidak mungkin. Dan tidak akan.

                       ♀♂                             

     Seorang cowok yang sangat pintar merasa dirinya paling bodoh sedunia. Dia berdiri di depan jendela yang menghadap kehalaman rumahnya. Berharap orang yang telah pergi itu datang kembali. Dia melakukan suatu hal yang membuatnya kaget oleh dirinya. Cowok itu merasa ia paling tahu tentang orang yang disukainya. Tetapi, malah suatu hal yang paling kecil pun dia tidak tahu. Mungkin ia pintar dalam hal pelajaran. Tapi tidak soal cinta. Berkali-kali ia merutuk kebodohannya. Tapi apa daya. Dia tidak bisa mengulang waktu kembali.
1 ♥ 

Amy Baidi

My name is Ummi Santria, I'm full time teacher and part time blogger who lived in Yogyakarta. I try to stay close to what keeps I feeling alive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for stopping by