# BAB 1

Kata orang, cinta itu mesti di kejar. Tapi, kenapa tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan kalau kita mesti mengejar orang yang kita sukai. Aku bingung dengan pertanyaan itu. Aku memang tidak tahu apa-apa tentang cinta.

19 Februari 2009. Jakarta

Hujan di sore hari membuat Alzura bertopang dagu di depan jendela kamarnya yang berhadapan dengan teras rumah. Alzura menyesal karena tidak mampir dahulu ke supermarket untuk membeli cemilan. Karena ia merasa tidak enak mengambil makanan di dapur yang bukan rumahnya. Beberapa saat pikiran itu buyar karena terdengar suara tante memanggilnya dari bawah.

“ iya tante sebentar.” Alzura pun berlari dari kamarnya menuju lantai bawah..

“ aduh alzura, jangan suka lari-lari aah di tangga. Ntar jatuh gem.” Kata tante ardi khawatir.

“ udah biasa tante.. hehehehee.. eh, ada apa manggil alzura tan?”sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“ Al,tolongin tante ya. Jemput Gilang di tempat les.” Kata tante sambil memberikannya 2 payung.

“bukannya Gilang bawa motor tante?”

“motornya kan lagi dibengkel gem.udah sana sekalian beli makanan geh. Nih uangnya. pasti kamu laper kan dingin-dingin begini.” Kata tante ardi sambil setengah memaksa.

“ia-ia tante.. alzura ngambil jaket dulu.”
      Alzura sampai di tempat les Gilang yang tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya naik bis sekali selama 5 menit lalu sampai di tempat les Gilang yang gedenya gag nahan cuy. Alzura menunggu di depan teras tempat Gilang les. Alzura pun berinisiatif untuk makan bakso dulu yang berada tepat di depan gedung tempat Gilang les.

“nunggu orang ya neng?” kata abang tukang bakso itu tiba-tiba.

“iya bang.. tau aja.”

“nunggu orang yang lagi les ya neng?”

“lho, abang tau aja nih.” Kata alzura sambil memakan bakso yang panas itu.

“kan tadi abang ngeliat neng jalan dari sana menuju kesini. Bawa 2 payung lagi.”
Alzura pun langsung berhenti makan bakso. “waah, abang nguntit saya ya?” kata alzura dengan polosnya.

“ya ampun neng. Ya nggak lah. Orang neng kliatan gitu gmana org gag tau.”

“hehee..iya juga ya.” Bersamaan dengan itu, pintu utama gedung itu pun langsung menyembul orang-orang. Dan alzura pun melihat Gilang keluar dari pintu itu dengan beberapa cewek dan cowok. Buru-buru Alzura pun langsung mengambil payung.” Eh bang, baksonya jangan di ambil dulu ya. Saya mau ngasih payung ini dulu ke sana.”

“siip neng.”
      
     Terdengar suara temen-temannya Gilang komentar tentang hujan yang kata mereka sangat menyebalkan. Berlawanan dengan Alzura yang sangat menyukai huajn. Dan beberapa teman cowoknya ada yang sadar bahwa Gilang tidak membawa motor. Lalu segerombol cewek yang menurut Alzura sangat tidak wajar berpakaiannya. Masa’ dingin-dingin hujan gini make hotpants+tanktop..yang bener aja. Terdengar segerombolan cewek mengajak Gilang untuk pulang bareng dengan mereka. Tapi Gilang menolaknya. Sesampainya Alzura di depan Gilang. Gilang pun ‘agak’ seLangit kaget.oh, nggak-nggak. Gilang sangat kaget melihat alzura berdiri di depan nya.

“ngapain?” kata Gilang jutek dengan gayanya.
Sebelum di jawab Alzura, teman-temannya pun sudah bersuara.” Gilang, cewek lu ya?”...”Lang, itu siapa sih?”...segerombolan cwek tadi memandang Alzura seolah-olah Alzura itu sangat menjijikan.

“bukan siapa-siapa.” Kata Gilang cepat.

“huh kirain cewek elu Lang.bla..bla..bla..bla..” segala tetek bengek segerombolan cwek itu berkomentar. Sambil lalu mereka pun pergi dari tempat les itu. Dan yang tersisa hanya Alzura dan Gilang. Alzura pun langsung memberikan payung itu kepada Gilang sambil sedikit memberi dorongan ke perutnya gilang. lalu pergi dari tempat itu dengan wajah paling gembel yang ia punya meninggalkan Gilang sendirian berdiri disana menuju tempat bakso yang ia tinggalin baksonya setengah tadi. Gilang melihat Alzura berjalan menjauh dari gedung les sambil memegang payungnya.Gilang pun berdiri mematung di tempatnya. Ia merasa telah menyakiti Alzura. Tak lama ia melihat Alzura duduk di tempat bakso sambil memakan bakso dengan lahapnya tanpa peduli keadaan sekitarnya. Gilang pun berjalan menuju halte bus.
         
      “koq tampangnya sedih gitu neng. Kan tadi udah ketemu pacar neng. Koq malah cemberut gitu neng. Lagi berantem ya neng. Aduh, biasa ank muda mah pacarannya berantem mulu. Heran deh. Padahal kan neng udah rela-rela kesini bawa payung buat dia. Udah neng gag usah dipikirin kayak........”

“udah sih bang. Lagi BT nih. Nyerocos aja.” Potong Alzura kesal mendengar abang tukang bakso sok tau.

“yaah neng mah di bilangin juga. Yaudah, sekarang neng pulang aja ke rumah. Tidur aja neng. Biar adem pikirannya gitu.”

“gag punya rumah bang.” Kata Alzura sambil mengambil payungnya. Abangnya bingung mendengar perkataan Alzura tadi  “maksih bang.nih uangnya.” Alzura pun pergi dari tempat itu.ia berjalan menuju halte bus sambil merenungkan perkataan Gilang kepada teman-temannya. Yang ada dipikirannya hanya omongan Gilang ‘dia bukan siapa-siapa’. Yang biasanya Alzura santai aja mendengar ucapan itu dari temen2nya untuk bahan bercandaan. Sekarang Alzura merasa kata-kata itu seperti hunusan pedang. Ia tidak sadar sudah berada di halte bus dan ia kaget melihat Gilang duduk di halte bus. Gag mungkin kan busnya belum datang dari tadi. Trus, Gilang ngapain masih disini. Pikirnya sambil berjalan menuju depan tempat duduk Gilang. Sambil membelakangi Gilang, tak lama Alzura bersuara.

“ngapain masih disini?” Gilang pun langsung mengangkat kepalanya mendengar suara itu.
 “nungguin kamu.” Jantung Alzura langsung berdesir mendengar ucapan Gilang. Gilang langsung berdiri disamping Alzura. Payungnya sudah ia lipat sejak tadi ia sampai di halte bus. Sebelum Alzura ingin bertanya atas ucapan Gilang tadi, Bus pun datang dan Alzura melipat payungnya lalu naik bus itu di ikuti oleh Gilang. Alzura duduk di pojokan kursi paling tengah. Dan Gilang mengikuti Alzura duduk disampingnya. Alzura tidak menoleh sedikit pun ke Gilang. Ia hanya memandangi pemandangan di luar jendela yang berembun karena hujan tadi. Ada yang ingin mereka tanyakan. Tapi tak ada yang berani memulai pembicaraan sampai 5 menit pun berlalu. Sampai bus yang mereka tumpangi berhenti. Mereka pun turun dari bus. Bus pun sudah melaju dengan kencang. Belum sampai rumah, hujan pun turun lagi dengan sangat derasnya. Mereka langsung mengambil payung masing-masing. Gilang sudah berjalan cepat. Alzura masih memikirkan dimana ia meninggalkan payungnya terakhir kali.

“lang, payungku ketinggalan di bus.” Kata alzura masih berdiri kehujanan dan sudah basah kuyup.
Gilang pun berlari menuju Alzura dan menarik tangannya untuk masuk ke dalam satu payung. Alzura pun kaget. “Lang...” sambil menoleh ke arah Gilang.

“udah, kamu diem aja. Kita harus sampai rumah dulu. Ntar aku yang di marahin mama kalo kamu kehujanan.” Kata Gilang tanpa menoleh ke arah Alzura.
Mereka berjalan cepat menuju rumah. Sesampai di rumah, mamanya Gilang, Tio, dan fiaa yang sedang makan langsung melihat kakaknya dan Alzura satu payung berduaan. Mamanya Gilang pun jalan cepat menuju mereka. “payung satunya lagi mana al?” tanya mamanya Gilang ke Alzura. Tapi yang menjawab Gilang.

“payungnya ketinggalan di bus mah.”kata Gilang sambil berjalan cepat menuju kamarnya.

“alzura, kamu mandi air anget dulu ya baru makan ke bawah. Tante buat sup hangat nih.”

“ia tante. Alzura naik dulu.”

“kak Alzura, supnya enak lho. Makan sama Fia yuk.” Kata fiaa dengan nada imutnya.

“iya fia. Kak Alzura mau mandi dulu ya.” Sambil menaiki tangga menuju kamarnya.
      Selesai mandi Gilang turun kebawah untuk makan sup hangat buatan mamanya. Ia melihat ke arah dapur, tangga, ruang TV tetapi tidak mendapatkan apa yang ia cari. Sampai mamanya sadar Gilang sedang mencari sesuatu. “ nyari apa Lang?” kata mamanya sambil celingak-celinguk. Gilang pun sadar mamanya tengah memerhatikannya. “nggak ada mah.” Kata Gilang singkat. “ooh, kirain nyari apaa gitu.” Kata mamanya sambil berjalan menuju ruang TV. Terdengar suara mamanya sedang membantu Fia berhitung sambil ketawa-ketawa. Tapi, itu hanya melatarbelakangi pikirannya saat ini. ‘Alzura tidak makan ke bawah. Apakah dia tidak lapar. Padahal kan tadi dia Cuma makan bakso aja.’ Itu yang ada pikirannya.
     Alzura merasa ia harus tidur sehabis mandi. Ia masih kesal dengan kejadian tadi. Dan salah satu melupakannya adalah tidur. Itu adalah cara ampuh Alzura selama bertahun-tahun jika ia sedang kesal, sakit hati dan marah. Ia mengeringkan rambutnya sebentar lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menarik selimut. Jam masih menunjukan pukul 8 malam. Tapi Alzura malah sudah berada di kasur. Ia sudah tidak memikirkan PR Fisikanya. Biarlah besok terjadi. Yang penting saat ini yang ia inginkan hanya tidur. Tak lama kemudian, Alzura pun terlelap.

  ♀♂ 

2 ♥ 

Amy Baidi

My name is Ummi Santria, I'm full time teacher and part time blogger who lived in Yogyakarta. I try to stay close to what keeps I feeling alive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for stopping by