# BAB 3

          “Laaaaaang. Alzura kemana sih? Koq jam segini belum pulang juga.” Mamanya teriak-teriak dari lantai bawah. Sementara gilang sedang menulis di meja belajarnya.

“gag tau mah” balas gilang teriak juga.

“koq kamu gag tau sih. Kamu kan satu sekolah sama dia.” Mamanya berbicara sambil menaiki anak tangga menuju kamar gilang.

“ya emang kalo satu sekolah mesti tahu?”

“seenggaknya kamu taulah dia kemana.”

“gilang gag tau dia kemana.”

“aah, dasar kamu. Yaudah, turun ke bawah. Makan malam udah siap.”kata mamanya sambil sekilas mengelus kepala Gilang dan lalu turun ke bawah.
      ‘jam segini belum pulang juga. Kemana aja sih tu bocah. Bikin khawatir mama aja.’ Kata gilang dalam hati sambil memakan makanan masakan mamanya.

“kak gilang, ajarin Tio matematika donk kak.”

“emangnya Tio gag belajar di sekolah apa?”

“belajarlah kak. Cuma Tio gag ngerti kak.”kata tio semangat.

“besok aja ya Tio. Kakak lagi ada tugas.”

“yaudah deh. Besok aja.” Kata Tio kecewa. “mah, kak Alzura kemana mah?” kata Tio semangat lagi.

“mamah juga gag tahu yo. Eh Gilang, kamu punya nomor Alzura kan?”

“gag punya mah.”

“koq bisa gag punya. Kamu kan satu sekolah sama Alzura lang.”

“emang mesti punya apa mah.” Jawabnya dengan tenang tapi rada sewot.

“huh kamu ini. Mamah bingung nih mau telpon ke siapa.” Kata mamanya sambil memegang gagang telepon dari tadi. Gilang cepat-cepat menyelesaikan makannya dan langsung pergi ke kamarnya mengambil jaket. Lalu Gilang turun kebawah dan mengambil kunci motor di samping telepon rumahnya.

“lang, kamu mau kemana?”

“nyari Alzura.”

“yaudah hati-hati ya Lang.”

“mah, kak Gilang suka sama kak Alzura ya?” kata Fia dengan polosnya.

“kayaknya Fi. Keliatan kan Fi kalo kak gilang suka.” Kata Tio menambah-nambahkan.

“udah-udah. Ngurusin orang aja. Makannya abisin dulu. Abis itu belajar.”

“yoyoi ma!!!.” Kata Tio sambil melahap makanannya.
        Gilang mengendarai motornya tak tahu harus kemana. Ia bingung mencari Alzura kemana. Ia gag pernah tahu Alzura main kemana, teman-temannya rumahnya dimana, nomor teleponnya. Dan ia juga tidak tahu kenapa harus mencari si Alzura nyebelin ini. Gilang tidak punya petunjuk untuk mencari Alzura. Gilang mencoba melewati halte bus dekat rumahnya. Tapi hanya segelintir orang yang berpakaian kantoran baru pulang kerja. Dan beberapa remaja. Tidak ada Alzura. Lalu ia melajukan motornya entah kemana. Ia juga tidak tahu. Siapa tahu ketemu di jalan. Pikirnya. Lama kelamaan Gilang pun lelah mencari tanpa petunjuk sedikit pun.Lalu dengan berat hati, “Dik, lu tahu nomornya Alzura kan?”

“wuidiih, ada apa nih nanyain nomornya Alzura?” kata Dika di seberang dengan nada menggoda.

“lu tau gag?” gilang menjadi kesal.

“seorang Gilang mau membuka hatinya nih?” Dika melanjutkan.

“lu sebenarnya tahu gag sih?” gilang pun menjadi tidak sabaran.

“serem gw denger suara lu. Nih nomornya. 087828716301..” gilang langsung menutup teleponnya sangking kesalnya dengan Dika sampai lupa bilang terima kasih.                                                                 
          Huh, ini lah yang gilang sangat berat hati melakukannya. Dika pasti memikirkan yang tidak-tidak. Udah lah gag penting apa yang dipikirkan Dika.
          
        “kamu dimana?” zlep. Seketika jantung Alzura pun berdegup kencang. Nomor yang tidak dikenal tapi ia sangat hapal suara berat yang sedang menelponnya. Kenapa ia menanyakanku? Apakah ia khawatir denganku?dari mana ia tahu nomorku? Dia kan tidak pernah bertanya.

“hey.” Kata-kata itu menyadarkan Alzura.

“aku lagi di jalan.” Kata Alzura cepat.

“dimana?”

“hmm. Dimana yaa..” kata alzura bingung ia sedang di jalan mana. Ia pun celingak-celinguk mencari petunjuk.

“dimana?”

“aku juga bingung ini dimana”

“huh, bodoh.” Gilang kesal dengan kebodohan alzura. Kenapa dia gag nanya orang sekitarnya sih. Bodohnya keterlaluan.

“ya ya ya aku memang bodoh.”
  
         “yaudah pulang sendiri aja sana.” Saking kesalnya Gilang menekan tombol merah pada teleponnya. Gilang pun langsung menyalakan motornya lagi dan pergi dari situ. Gilang melewati halte bus yang dekat dengan tempat lesnya. Dan melihat seseorang yang menurutnya nyebelin sedang berjalan menuju halte bus itu. Gilang pun mendekati Alzura dengan motornya yang di gas kencang dan berhenti di depan Alzura. Alzura kaget dengan adanya motor yang tiba-tiba berhenti di depannya. “hey jangan bengong. Cepetan naik.” Kata Gilang sambil menepak kepala Alzura. “aauu..sakit tau.” Alzura mengelus-ngelus kepalanya dengan tangannya sambil menaiki motor itu. Sepanjang jalan menuju rumah, mereka diam membisu. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Mereka hanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menghembuskan ke wajah mereka. Sekilas gilang melihat alzura dari kaca spion. Tiba-tiba Gilang memberhentikan motornya ke tepi jalan. “koq berhenti lang?” tanya Alzura bingung. Tapi gilang hanya diam membisu sambil membuka jaketnya dan menyerahkan ke alzura. Alzura pun mengambil jaket yang gilang berikan lalu memakainya tanpa berkata sedikit pun. 
 
4 ♥ 

Amy Baidi

My name is Ummi Santria, I'm full time teacher and part time blogger who lived in Yogyakarta. I try to stay close to what keeps I feeling alive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for stopping by