6 Maret 2009. Jakarta
Suatu pagi yang cerah Keluarga Ardimartagama berkumpul di meja makan. Hari sabtu yang cerah, semua baru bangun tidur. cuma Gilang yang terlihat habis olahraga. Dan Alzura masih berguling-guling di kasur karena semalam ia tidak bisa tidur.Tante Ardi menyuruh Fia membangunkan Alzura untuk sarapan pagi. Alzura pun sudah bangun saat Fia sampai di kamarnya. alzura turun dengan Fia sambil mengikat rambutnya yang sebahu itu. “pagi Alzura. Tidur jam berapa tadi malam sayang?” kata tante ardi sambil mengaduk susu putih dan di berikan ke depan Alzura. Alzura yang sedang mengolesi rotinya dengan selai strawbery sambil mengantuk-ngantuk menjawab pertanyaan tante Ardi.
“ jam 1 pagi tante.”
“ kamu ngapain aja sampai tidur jam segitu Al?” kata Om Ardi menimpali.
“ gag bisa tidur Om.” Alzura pun hanya tersenyum. Diam-diam Gilang melihat Alzura sekilas yang menurutnya sangat beler.
“abis ini kalian mandi semua ya. sabtu ini kita kepuncak sampai hari minggu.” Kata tante Ardi yang berhasil membuat semua orang yang berada di meja makan terbengong-bengong mendengar ibu ardi berbicara itu kecuali Om Ardi. Fia dan Tio langsung senang sambil loncat-loncat. Alzura langsung berpikir. Karena dia sudah buat janji dengan teman-temannya untuk nonton pertandingan bola. Gilang pun hanya diam sambil melanjutkan makannya.
Semuanya sudah siap di luar rumah. Ibu dan pak Ardi memasukkan koper-koper dan bekal mereka ke bagasi. “Al, udah masukin baju-baju kamu?” tanya ibu Ardi. “udah tante.” Dan seketika mobil itu pun melaju menuju puncak. Tio sibuk bertanya-tanya kepada Ayahnya tentang puncak. Fiaa malah sudah tidur di pangkuan ibunya. Alzura ikutan berbincang-bincang dengan Tio dan Om Ardi. Gilang di belakang sendirian sedang mengutak-atik Handphone-nya. Dan Alzura menebak, Gilang sedang sms-an dengan orang yang ia tidak tahu siapa. Alzura ingin menoleh ke belakang dan bertanya. Tapi ia tidak berani. Alzura melihat kaca spion yang mengarah ke bangku belakang. Ia melihat Gilang yang tanpa ekspresi itu sambil diam-diam alzura tersenyum. Kenapa Gilang selalu berwajah seperti itu. Satu jam pun berlalu.
“mah, Tio mau bobo.”
“yaudah, bobo disitu aja Tio.” Kata Tante Ardi masih menggendong Fiaa yang sudah pulas dari tadi. “Alzura, kamu pindah ke belakang dulu ya.”
“ooh, iya tante.” Alzura pun langsung menuju ke bangku belakang tempat yang sama di tempati Gilang. Gilang berdecak sambil menekuk kakinya yang semula ia selonjorkan. “maaf.” Tanpa sadar Alzura mengatakan kata maaf yang membuat Gilang tiba-tiba menoleh dan melihat Alzura yang sedang memandang luar dari jendela sambil memegang handphone-nya di tangan kanan. Dan handphone slidenya di mainkan ke atas-bawah. Dan berbunyi jika slidenya dibuka. Gilang yang melihat Alzura melakukan hal yang tidak penting itu hanya tersenyum sekilas. Karena Gilang tidak tahu harus berbuat apa atas ucapan maaf Alzura.
Mereka sudah sampai di puncak. Mobil Xenia itu berhenti tepat di depan villa yang akan mereka tempati. Villa ini punya kakak dari Om Ardi. Tante Agustin. Yang sudah menunggu mereka di depan Villa itu sambil tersenyum senang melihat adiknya beserta keluarga datang ke villa itu untuk kedua kalinya. Karena Om Ardi selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak sempat untuk berkunjung atau bertamasya kemanapun. Semuanya pun turun dari mobilnya. Gilang pun meninggalkan Alzura masih tertidur pulas di Jok belakang. Sampai akhirnya Tio yang membangunkan Alzura. Alzura turun dari mobil sambil mengucek kedua matanya yang merah dan membereskan rambutnya yang awut-awutan. Gilang hanya tersenyum melihat Alzura. Alzura yang baru turun dari mobil itu pun baru sadar di depannya sudah ada beberapa keluarga ArdiMartagama yang menyambut. Gilang langsung di samperin oleh dua cowok yang parasnya tidak kalah dengan gilang.
“apa kabar lang?” kata Rian.
“baik mas. Kalian berdua gimana?” tanya Gilang kepada keduanya.
“selalu baik lang. Lang, cewek yang itu siapa? Pacar lu?” andi yang menjawab dan langsung bertanya lagi. Penasaran dengan cewek yang datang ke acara keluarga ArdiMartagama. Alzura dikenalkan oleh tante Ardi dengan tante Agustin dan anak dari tante Agustind dan Hanggono.
“ooohh. Namanya Alzura toh. Kenalkan, nama gue Andi.” Kata Andi sambil menyalami tangan Alzura. Dan Alzura menyebutkan namanya juga.
“Alzura apa?” tanya Andi lagi.
“Alzura Giardan.” Jawab Alzura sambil tersenyum menyembulkan lesung pipitnya.
“kelas berapa?”
“3 SMA.”
“waah, sama donk sama gue. Coba kita satu sekolah."
“yeeee..mas Andi genit nih tante Agustind.” Kata Tio berjalan melewati Andi sambil menubrukkan badannya ke Andi. Andi pun langsung mengangkat Tio lalu bercanda-canda dan berjalan mengikuti para orang tua menuju ruang tamu.
“nama gue Rian. Jangan samain sama Andi ya. Nggak mirip.” Kata Rian sambil menyalami Alzura. Gilang yang membawa koper itu langsung merangkul Rian.
“ayo mas Rian, kita masuk.” Gilang kesal melihat alzura sepertinya dekat dengan para sepupunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for stopping by