# BAB 4

5 Maret 2009. Jakarta 

         “besok sekolah kita tanding bola sama SMAN 5 lho. Nonton yuuk.” Kata Nada mengajak Jes dan Alzura.

“yaiyalah. kita kan gag pernah absen nonton kayak begituan.”kata Jes menimpali.

“sekalian cari pacar buaaaat...... ALZURAAA...” teriak Nada. Dan Jes ikutan berteriak ‘alzura’.

“ngaco lu semua. Kalo cuma buat cari pacar, gw ogah ikut.” Kata Alzura sambil memalingkan wajahnya. Dan tidak sengaja ia melihat Gilang sedang mengobrol dengan Chaca teman satu kelasnya sambil berjalan menuju kelas IPA A. Dia merasa ada yang akan menghilang.
       Sepulang sekolah Alzura langsung pulang ke rumah naik bus. Ia ingin membereskan kamarnya yang kayak kandang sapi itu.  “Alzura, tumben pulangnya cepet. Gilang mana al?” kata tante Ardi sambil membuka pintu kulkas.

“gag tau tante. Lagi ngedate kali.” Kata alzura sambil menaiki anak tangga dengan berlari meloncati 2 anak tangga sekaligus meninggalkan tante Ardi yang sedang berpikir.’gilang ngedate?gag salah?’.
      Alzura mengepakkan baju-bajunya yang kira-kira tidak ia pakai lagi. Mengepak buku-buku tulis yang sudah tidak terpakai lagi. Menumpuk buku-buku paket untuk belajar menghadapi Ujian Nasional yang tinggal 1 bulan setengah lagi. Photo-photo yang sudah di cetak ia tumpuk jadi satu dan ia letakkan di kotak kecil bekas kotak jam weker. Alzura bingung kardus-kardus yang sudah di pak ini di letakkan dimana. Sambil melihat keadaan kamarnya, alzura pun langsung mengangkat kardus satu persatu dan di letakkan di pojokan kamarnya yang ia lihat masih ada ruang untuk ia taruh beberapa kardus.
     Gilang memencet bel berkali-kali. Tapi tidak ada yang membukakan pintu pagar besi ini. Saking kesalnya gilang memencet belnya dengan kasar. Rumahnya seperti tidak ada orang. Kemana semua sih orang rumah. Pikirnya kesal. Sampai tiba-tiba mamanya datang sambil berlari menuju pintu pagar rumah. Mamanya mebuka pintu pagar itu dengan senyum yang paling merekah. Tetapi Gilang malah melihat mamanya aneh. “ kenapa senyum-senyum mah?” tanya Gilang heran melihat mamanya senyum-senyum dari tadi. “Pulangnya lama banget lang. Abis itu yaaa.” Kata mamanya dengan nada menggoda.

“itu apa sih mah?”

“ceweknya namanya siapa lang? Koq gag di kenalin sama mamah sih.” Tapi gilang hanya menaikan sebelah alisnya. Tidak mengerti apa yang mamanya bicarakan dari tadi di depan pagar rumahnya sampai meja makan.

“apa sih mah? Gilang gag ngerti.”

“aduh, sok-sok gag ngerti.” Kata mamanya sambil mengambil gilang minum dari kulkas.
“emang gilang gag ngerti koq.”gilang meneguk minum yang di berikan mamanya sampai habis.

“pacar kamu itu loh namanya siapa?” mamanya pun langsung to the point karena geregetan gilang tidak mau mengaku. Gilang pun langsung tersedak mendengar mamanya berbicara seperti itu.

“siapa sih yang bilang Gilang punya pacar? Ngaco nih mama.”

“Alzura yang bilang sama mama.” Tanpa berkata-kata lagi Gilang langsung naik ke kamarnya. Ia kaget. Kenapa Alzura bilang pada mamanya bahwa ia punya pacar. Padahal kan Alzura tahu kalau Gilang selalu menolak cewek-cewek yang ingin dekat dengannya. Tapi, kenapa Alzura berbuat begitu. Pas Gilang ingin membuka pintu kamarnya, Gilang melihat Alzura sedang mengangkat kardus menuju pojokan kamarnya. Ia pun melihat Alzura sebentar sambil bersandar di daun pintu. ‘Mau di apakan kardus-kardus yang di letakkan di pojokan itu. Entahlah.’ Pikirnya sambil berlalu dari tempat itu membuka pintu kamarnya. Alzura pun refleks menengok kearah pintu. Alzura melihat pintu kamar yang berada didepannya. Sampai ia tersadar, ia hanya buang waktu saja menunggu pemilik kamar itu datang. Pekerjaannya pun sudah selesai. Alzura berbaring di tempat tidurnya. Berharap lambat laun bisa memejamkan matanya. Tapi yang ada pikirannya yang berputar pada Gilang. Gimana jadinya kalau masa SMA ini sudah usai.  Ia tidak akan bertemu dengan Gilang lagi. Walaupun tidak bisa berbicara panjang lebar atau sekedar ngobrol dengan nyaman tanpa kata-kata yang pedas yang di keluarkan Gilang, Alzura sudah senang Cuma hanya melihat wajahnya setiap pagi. Membuatnya semangat untuk sekolah. Membuatnya ingin menyusul Gilang ke kelas A. Walaupun itu sudah sangat tidak mungkin. Yah, setidaknya Alzura berada di 3 kelas bawah dari kelasnya Gilang. Alzura sampai lupa bahwa ia pernah mati-matian belajar sampai begadang setiap hari cuma hanya untuk menyusul Rial cowok pujaannya yang berada di kelas A juga seperti Gilang. Apakah hantinya sudah pindah kelain hati? Alzura pun tidak tahu jawabannya. Biarlah berjalan mengikuti arus pikirnya. Sampai tiba-tiba matanya sudah tidak bisa menahan kantuk, Alzura pun terlelap dalam tidurnya dan meninggalkan sebuah pertanyaan yang mungkin dirinya sendiri tidak tahu harus menjawab apa. 

5 ♥ 

Amy Baidi

My name is Ummi Santria, I'm full time teacher and part time blogger who lived in Yogyakarta. I try to stay close to what keeps I feeling alive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for stopping by