She is my wife!


“ eh, lo tau hilga ank IT nggak? “
“tau-tauuu” kata teman-temannya berbarengan.
“banyak yang kenal dia.banyak juga yang naksir.”
“bener banget. ganteng iya, pintar iya, gayanya? Beuuh,keren abiss. Ampe abis dah tuh kerennya.haha.”
“yaudaah, knpa loe nggak  gebet aja tuh cowok?.”
“tapi, kalau gue jadi cowoknya, gue mesti pacaran juga sama neneknya.”
“kok?”  “hah? Nggak ngerti gue.” Pertanyaan pun bertubi-tubi.
“neneknya itu selalu ngedikte si hilga pacaran ma cewek manapun.”
“iya?? Kok nggak ada tampang yaa.”
“ iya tau. Tampangnya kayak anak nongkrong gitu.”
“tampang bisa menipu tau.”
“anak mami donk! Haha”
“anak nenek kaleee”
“hahahhahahahahahahha.” Mereka bersamaan tertawa.

   



"saya bersedia menjadi suami dari istriku dan aku berjanji untuk tetap setia dengannya dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin, sakit maupun sehat sampai maut memisahkan kami berdua."
"saya bersedia menjadi isteri dari suamiku dan aku berjanji untuk tetap setia dengannya dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin, sakit maupun sehat sampai maut memisahkan kami berdua."
 
“ sah? Sah? ”
“ sah ” semua para hadirin undangan pun berkata serempak saat ditanya penghulu.
Seorang wanita berperawakan lembut dan sangat santai mendatangi pengantin wanitanya. Sambil sesekali mengusap air mata yang menetes di pipinya.
“ ibu? Ibu kenapa menangis? ”
“ kamu harus baik ya disana. jangan ngelawan suamimu. Kamu harus patuh sebagai isteri.”
“iya bu. Ibu jangan sedih.aku pasti baik-baik saja.”
aku sedih melihat ibu. walaupun aku sedih, ternyata ibu-lah yang paling sedih saat aku menikah. 


walaupun aku sedih, aku tetap senang. karena selalu ada apel yang menemaniku saat aku ingin meneteskan air mata. aku makan sebanyak-banyaknya. walaupun pada akhirnya aku akan tersedak.

   

Kalian tahu, hidup itu kadang penuh pilihan. Tapi, saat kamu ingin memilih, ternyata tuhan berkehendak lain. Aku pikir, mungkin itu jalan yang terbaik yang tuhan berikan padaku. Makanya aku tak pernah menolak, marah, benci, atau berkata ‘tuhan tak adil padaku’. Aku cukup menerima apa yang diberikan. Walaupun itu sesuatu yang aku pikir aku tak bisa melanjutkannya. Sesuatu yang mesti kalian tahu. Baik bagi kita. Belum tentu itu yang terbaik bagi tuhan. Dalam doa, aku tak pernah mendikte kepada tuhanku untuk meminta apapun. Aku hanya mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang kali. ‘tuhan, berilah padaku sesuatu yang terbaik bagimu.amin’. karena aku berpikir banyak tentang segala sesuatu hal. Makanya aku hanya berdoa itu saja selama aku beribadah. Dan sekarang, aku dalam situasi yang tak ku inginkan. Tapi, aku pikir aku bisa menjalani dengan sepenuh hati. Dan ikhlas.
“ kamu taruh barangnya disitu saja. Nanti aku yang check barang. Kamu duluan aja bawa tas kamu.”
“iya. Oke.”
“barang-barang berharga kamu nggak masukin ke koper kan?”
“seperangkat emas ada di dalam koper. Gimana donk?” hilga hanya tersenyum simpul sambil menampakan lesung pipitnya di pipi kiri. 
“yaudah sini ikut aku.” Suruh hilga sambil membawa koper Fia menuju tempat yang agak sepi dibandara itu.   “ kamu ambil kotak emas itu.”
“oh.iya-iyaa.” Fia pun membongkar isi kopernya itu dan mengacak-ngacaknya lagi. Fia seperti kebingungan mencari kotak emas itu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Hilga yang melihatnya hanya menyilangkan kedua tangannya di dada dan menggeleng-gelengkan kepala. Lalu ia ikut berjongkok disamping Fia.
“sini aku cariin.” Fia pun akhirnya berdiri.
“kamu bener taruh di koper?” tanyanya sambil mengangkat kepalanya melihat Fia. Fia hanya menganggukkan kepalanya.
“Apa jangan –jangan ketinggalan?” Fia juga hanya menggelengkan kepalanya. “ini dia!! Kenapa kamu taruh kotak ini di paling dalam? Ckckck” sambil memasukkan baju Fia ke dalam koper dengan asal-asalan. Dan menariknya kembali ke arah pemeriksaan barang.
“kamu kesana duluan. nanti tunggu aku disana. semua koper aku yang periksa.”
“iya. Makasih. Maaf merepotkan.” Kata Fia sambil berjalan berlawanan arah menuju ruang tunggu naik pesawat. Hilga hanya melihat punggung fia. ‘apa dia akan bahagia denganku? Nenek sudah tidak ada. Tetapi, kenapa dia mau nikah denganku?’ pikirnya.
♥   

Pesawat pun sudah lepas landas. Hilga dan Fia hanya berdiam saja ditempat duduknya masing-masing. Tanpa menoleh. Tanpa bertanya. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Fia yang teringat membawa dvd player pun langsung mengeluarkannya. Dan mendengarkan sambil menutup matanya. Suara Mariah carey dengan lagu hero-nya membuat Fia terlelap di kursinya.
Hilga hanya membaca majalah yang disediakan oleh pihak pesawat. Menunggu beberapa jam lagi untuk sampai dibandara south korea.
“Fia, udah sampai.” Hilga menepuk bahu fia pelan. Fia pun langsung terbangun. Matanya berkunang-kunang. Rasa mual diperutnya pun membuat dia tidak sanggup beranjak dari tempat duduknya. Hilga sudah berdiri. Dan menunggu Fia berdiri. Tapi Fia tak kunjung berdiri. Dia memasukan dvd playernya kedalam tas.
“ayo” ajak Hilga.
“kamu duluan aja. Aku masukin earphonenya dulu.” Fia tak ingin hilga menunggu dan akhirnya menggerutu. Makanya ia suruh untuk jalan duluan saja. Fia menyeimbangkan badannya yang sempoyongan. Rasanya ingin digotong saja ia. Jalan pun rasanya ingin mengeluarkan semua isi makanan yang tadi ia makan di acara pernikahannya. Tapi ia berusaha menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. ‘gue pasti bisa.gue nggak bakal muntah. Jangan fia. Loe bakal malu-maluin dinegara orang kalo lo muntah di pesawat ini’ hatinya terus-terusan berbicara.
Sampai ia turun tangga pesawat, ia melihat Hilga menunggu untuk masuk ke dalam mobil untuk mengantarkannya masuk ke parkiran bandara.
“ kamu nggak papa?” tanya hilga.
“nggak papa” Fia hanya tersenyum.
♥   

“kamu nggak usah ambil kopernya. Biar petugasnya aja.” Fia yang ingin mengambil kopernya dibagasi tidak jadi dan langsung mengikuti arah jalan Hilga. Ia melihat gedung yang ia masuki. ‘bagus. kelihatan lebih mewah dari indonesia.hidup gue akan dimulai dari sini. Di negeri orang. Nggak apa-apalah. Tidak ada orang indonesia disini. Walaupun akan sedikit kesepian.’
“ayo. Kamar 457. Lantai 45.” Kata Hilga sambil menunjukan kunci kamar yang ia ambil di resepsionis.
“hah? Beneran?”
“iya. Ayo ikut aku.”

“take here!” suruh Hilga kepada petugas disana. lalu Hilga pun masuk ke dalam untuk mengecek seluruh ruangan. Agar bisa komplain saat ada sesuatu yang tidak pas.
“kamzahamnida” kata Fia sambil tersenyum ke petugas itu.
Petugas itu hanya tersenyum. Hilga yang mendengar Fia berkata seperti itu langsung menoleh.
“kamu bisa bahasa korea?”
“sedikit. Aku suka nonton film korea. Jadi agak tahu.”
“ooohhh. Ini tempat tidur kamu. nanti aku tidurnya di sofa saja.” Hilga mengambil satu bantal dan guling dan selimut dan ia letakkan di sofa. Hati Fia sedikit tersayat dengan perkataan Hilga seperti itu. Padahal sudah sah menjadi suami isteri.tapi knpa ia tidak mau tidur bersama denganku. Apa ia hanya menikahiku tanpa mencintaiku?
“heii, kalau kamu mau mandi, tombol hijau untuk biasa, kuning untuk hangat, merah untuk panas. Baju kotor taruh disini saja. Nanti tiap minggu ada yang ngambil keranjang ini.” Suara hilga yang serak-serak basah itu membuyarkan lamunannya.
“Kalau kamu mau masak, ini dapurnya. Trus,apalagi yaa. Mmmmm, kalau kamu mau beli makanan, disamping apartemen ini ada supermarket besar. Kamu kesana saja. Mata uang korea yang kamu pegang sekarang berapa?”
“100ribu won.”
“ini buat jaga-jaga.” Hilga memberinya 5 lembar ratusan ribu kepada Fia. Walaupun Fia tidak tahu berapa banyak yang ia pegang kalau dihitung dalam rupiah.
“makasih.”
“iya.sama-sama. Kamu mau mandi dulu?”
“nggak. Kamu saja dulu.”
“oke.”
Fia merapikan baju-baju dalam kopernya ke dalam lemari pakaian selagi Hilga mandi. Ia hanya mendengar percikan–percikan air dari kamar mandi. Tak ada suara apapun. Ruangan yang begitu sepi. Sampai-sampai suara setiap helaan nafasnya terdengar. Ia hanya berdiam memindahkan semua bajunya. Ia membawa 1 foto yang sudah berbingkai. Dan ia letakkan di samping tempat tidur itu. ‘ini gue waktu masih kuliah. Liat nanti setahun lagi. Gue bandingin dengan foto ini’ katanya dalam hati.
Hilga keluar kamar mandi dan mendapatkan Fia tidak ada diruangan itu. “Fia” katanya memanggil pelan. Ia menuju ke dapur. Lalu ke ruang tamu. Lalu ia pun lega melihat Fia ada di kamar tidur.
“Fia” katanya lembut.
“ya.ada apa?” tanya Fia sedikit berteriak. “maap.tadi aku agak kaget.makanya teriak.
“iya gag papa. Itu kamar mandinya udah.”
“oh.iya-iyaa.” Kata Fia sambil beranjak dari tempat tidurnya. Dan langsung mengambil handuk.
♥   

Aku selalu bilang dalam hidupku. ‘hidup ini indah kalau kita menikmatinya’ . dan mungkin pikiranku pada saat itu mesti aku buktikan pada saat ini. Walaupun aku tak tahu bagaimana akhirnya, tapi aku coba membuat hidupku ini indah seperti yang aku bilang dahulu. Aku dulu memang tak pernah serius dalam belajar. Tak pernah serius kalau di ajak berbicara. Selalu membuat candaan di setiap menitnya hidupku. Tapi, mulai saat ini aku mesti tahu. Waktunya untuk bercanda dan waktunya serius. Walaupun aku tahu untuk bercanda pun kemungkinannya kecil. Aku cuma bisa menghela nafas dalam tidurku malam ini. Sekarang aku sudah menjadi isteri orang. Menjadi isteri pilihan neneknya pada waktu itu. Walaupun aku tidak tahu ia setuju atau tidak.
Aku melihatnya tidur di sofa putih panjang itu. Badannya berbalik ke kanan, kekiri, kesegala arah. Seperti tidak nyaman untuk tidur. aku juga tidak tahu mesti berbuat apa. Aku hanya bisa memikirkan apa yang mesti aku lakukan sampai mataku mengantuk dan terpulas.
07:30 AM
Hoaaaaammm. “ udah jam setengah 8?” kata Fia sedikit kaget. Matanya mencari-cari sosok Hilga di sofa. Tapi sofa itu sudah rapih sediakala. ‘apa dia udah pergi?’ Ia pun beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi ia memberekan kasur lalu berjalan menuju dapur. Di depan kulkas tertuliskan.
“ ada makanan di meja makan. Makanlah.”
Fia hanya tersenyum membaca memo dari hilga itu. Ia membuka tutup nasi dan menemukan piring berisikan nasi goreng dan sosis. Ia pun memakannya dengan lahap. Lalu ia mencuci piringnya sendiri. Sesudah itu Fia duduk di sofa dan menyalakan televisi. Semuanya berbahasa korea. Tak ada yang dia mengerti. Ia melihat ruangan sekitarnya. ‘apa yang mesti gue lakukan pagi ini? Ruangan ini sudah bersih. Tayangan tv nggak ada yang gue ngerti’ . Fia keluar dari kamarnya. lalu mencari lift. Dan keluar dari apartemen itu. Ia bingung mau kemana. lalu ia ingat saat Hilga bilang ada supermarket di dekat apartemennya. Dia pun berjalan ke kanan dari arah apartemen. Lalu tak terlihat ada sebuah supermarket. Ia pun balik lagi dan bertanya kepada petugas apartemen yang berdiri di depan apartemen.
“sillyehamnida, can you help me? ”
“ye.”
“where is syupeomaket.”
“oreunjjogeuro gada.”
“ne?”
“in the right this apartemen.” Petugas apartemen itu hanya tersenyum. Mungkin karna aku yang sok-sokan pake bahasa korea. Eh, malah nggak ngerti waktu dia ngomong apa.ckckck.
“oke. gamzahamnida” kata Fia. Hanya kata-kata itu yang ia tahu.

Hilga mencari kunci akses apartemennya. Badannya pegal-pegal membuat ia ingin cepat-cepat tidur. ia melihat ruangan yang sepi. Tak ada suara apapun. Mungkin fia sudah tidur.pikirnya. tapi ia tak menemukan fia di kasur. Hanya ada baju tidur diatas kasur. Lalu ia mengecek seluruh ruangan. Tak ada. Ia cepat-cepat keluar apartemennya dan mengetok pintu apartemen tetangganya.
“yeoboseyo.”
“ye. mueoseul dowa deurilkkayo? ” Seseorang wanita tua.seperti nenek kelihatannya.keluar membuka pintu apartemennya.
“anda melihat seorang wanita keluar dari apartemen ini?”
“anio. Memangnya kenapa?”
“dia isteri saya. Tapi tak ada di rumah.”
“anda coba tanya petugas bawah.”
“oke. Gamzahamnida. Senang berkenalan dengan anda. Saya hilga dari indonesia.”
“ouwh, anneyiong haseyo? Saya omni jil.”
“saya permisi dulu. Mau mencari isteri saya. Bye.”
“bye.”

“siapa omni?”
“tetangga kita yang baru?”
“benar? Laki apa perempuan?”
“laki-laki.” Wajah seorang perempuan itu merekah. “sudah menikah. Kamu tak ada harapan sayang.”
“omniiiiii..” teriak perempuan itu merengek neneknya.

Hilga bertanya kepada petugas apartemen di bawah. Tapi tak ada yang mengetahuinya. Ia bingung mesti mencarinya kemana. lalu ia teringat dengan ucapannya kemarin malam tentang supermarket di samping apartemen. Lalu ia kesana. Bertanya kepada semuanya penjaga disana. tapi tak ada satupun yang mengenalinya. Lalu ia kembali ke apartemen. Duduk di sofa tanpa membuka sepatu dan mengganti pakaian. Hanya meregangkan dasi di lehernya. Tampangnya terlihat kelelahan. Menunduk sambil memangku kedua tangannya di wajah. Sesekali bersandar di sofa itu sambil memejamkan mata. Tapi tak tidur. tapi tanpa ia sadari ia sudah terlelap beberapa menit kemudian. Dengan posisi duduk yang sangat tidak nyaman.
Fia datang dengan membawa 3 kantong plastik besar ditangannya. Dan melihat Hilga tidur. apakah ia nyaman tidur dengan keadaan seperti itu. Pikirnya. Lalu ia meletakkan kantong belanjaannya dilantai. Dan membuka kedua sepatu dan kaos kaki yang hilga kenakan. Dan sedikit membenarkan posisi tidur hilga. Lalu mengambil bantal dan selimut untuknya. Fia mengambil kantung belanjaannya dan memungut jeruk-jeruk yang keluar dari kantung itu saat ia letakkan dilantai dengan sedikit asal-asalan. Lalu kedapur dan merapihkan barang bawaannya dan memasukkan kedalam kulkas dengan sangat rapih. Dipisahkan tempat untuk telur, buah-buahan, sayuran, daging, dan bumbu-bumbu. Lalu ia pergi mandi kemudian tidur. sesekali ia melihat photo pernikahannya di bawah bantalnya. Lalu tertidur sampai keeseokan harinya.
♥   

Hilga bangun sedikit terkaget. Melihat sepatu yang ia pakai sudah tak ada. Dan ia memakai bantal dan selimut. Ia lupa apa yang ia cari tadi malam. Lalu ia teringat dan bangun terburu-buru. Dan melihat fia tertidur di kasur, ia pun langsung menghela nafas panjang. Tanda kelegaan melihat fia tak tersesat kemarin. 

#lanjutannya nanti. ^_^

Amy Baidi

My name is Ummi Santria, I'm full time teacher and part time blogger who lived in Yogyakarta. I try to stay close to what keeps I feeling alive

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for stopping by